Senin, 04 April 2011

Optimalisasi Peran Guru dalam Pembelajaran Bahasa

Oleh Budi kadaryanto

Proses pembelajaran yang berhasil dapat tercapai jika guru dapat menjalankan perannya secara maksimal sebagai seseorang yang akan menjadi penentu utama dari sebuah pertunjukan yang bernama proses belajar-mengajar.

Ketika siswa terlibat dalam aktivitas yang melibatkan kemampuan berbahasa mereka, baik secara spontan maupun yang sifatnya latihan, seorang guru akan berperan sebaik mungkin supaya proses pembelajaran bisa berlangsung efektif dan efisien. Sebagai salah satu motifnya adalah guru sebagai penentu berjalannya proses pembelajaran harus selalu bisa untuk melibatkan siswa (engagement) dalam melakukan improvisasi dengan kapabilitas kebahasaannya karena setiap peristiwa memiliki makna dan ciri khas masing-masing.

Lebih lanjut, guru harus mampu melakukan berbagai perencanaan pembelajaran yang sistematis dan jika diperlukan dapat diwujudkan dalam bentuk modul pembelajaran. Di samping itu, guru juga dituntut untuk mampu mengatur pola pembagian waktu pengajarannya dan memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada tiap siswa untuk lebih kreatif. Sebagai seorang manajer, dia harus mampu mengontrol setiap proses yang berlangsung dan memastikan apakah sudah berada pada trek yang benar untuk mencapai tujuan pembelajaran, menjaga agar para siswa tetap pada tujuannya, dan tentu saja terlibat dalam evaluasi dan umpan balik yang berkesinambungan yang tetap berasaskan pada tipikal individu untuk berkarya sesuai dengan bidang keahlian mereka sendiri.

Guru hendaknya juga mampu untuk memfasilitasi proses pembelajarannya supaya bisa mendorong siswa untuk menemukan jalannya sendiri untuk mencapai jalan sukses yang bisa diraihnya, serta memberikan bimbingan dan arahan yang proporsional. Dalam hal ini, guru juga berperan sebagai motivator dengan mendorong siswa untuk menggunakan bahasa secara pragmatis daripada sekadar memberitahu mereka tentang bahasa karena guru merupakan salah satu sumber bagi siswa untuk menerima masukan-masukan darinya sebagai bahan untuk memperkaya khazanah kemampuan yang mereka miliki.

Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, di samping beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebagaimana tersebut di atas, guru juga diharapkan mampu untuk merencanakan pembelajarannya sesuai dengan tingkat kemahiran (competence) siswa. Pendekatan yang mereka gunakan untuk mengajar anak sekolah dasar tentu saja berbeda dengan pendekatan yang harus mereka gunakan ketika mereka mengajar siswa sekolah menengah lanjutan atas. Hal tersebut semata-mata dikarenakan tingkat perkembangan bahasa mereka berbeda dan keperluan bahasa untuk kehidupan mereka juga berbeda-beda pula.

Peran yang harus diambil oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran terhadap siswa di tingkat pemula diharapkan menggunakan cara dan metode yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan mereka untuk menyerap dan menggunakan bahasa itu sendiri. Salah satu karakter dari siswa di tingkat pemula adalah bahwa perkembangan bahasa mereka sangat bergantung pada guru sebagai model yang mereka ambil untuk pola berbahasa mereka. Oleh karena ketergantungan mereka terhadap guru masih sedemikian besarnya, model pembelajaran yang tepat bagi mereka adalah teacher-centered learning ketimbang student-centered learning. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Brown (1994) yang memaparkan tentang bagaimana gurus harus berperan dalam proses pembelajaran sesuai dengan tingkat kemahiran siswa (teaching across proficiency level).

Lebih lanjut, dia memaparkan bahwa pada tahap kemampuan berbahasa siswa tingkat menengah. Peran yang harus diambil oleh guru tentu saja harus sedikit berbeda dengan tingkat pemula atau tingkat dasar. Jika pada tingkat pemula peran guru adalah semata-mata sebagai role model dalam pendekatan yang berpusat pada guru, pada level ini guru hendaknya bisa memberikan kesempatan yang lebih bagi siswa untuk melakukan berbagai inisiatif dalam menggunakan bahasa yang mereka pelajari. Pada level ini peran aktif siswa juga sangat diperlukan sehingga hendaknya antara guru dan siswa memiliki kesempatan yang lebih untuk menggunakan bahasa yang mereka pelajari. Kegiatan komunikasi yang bisa mereka lakukan pada level ini bisa berupa tanya-jawab, diskusi, memberikan pandangan dan komentar dan lain sebagainya. Pemilihan bentuk-bentuk komunikasi antara guru dan siswa tersebut tentu saja harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang menjadi pokok bahasan. Oleh karenanya, pada level ini guru juga diharapkan untuk bisa mengurangi jumlah kata yang ia gunakan, mengurangi dominasinya di dalam proses pembelajaran, dan lebih memberikan kesempatan tersebut pada siswa sehingga tidak terkesan membatasi kesempatan siswa untuk menggunakan bahasa yang mereka pelajari.

Kemudian, pada proses pembelajaran bahasa pada tingkat yang lebih tinggi lagi, atau pada tingkat mahir, proses komunikasi antara guru dan siswa yang terlibat harus lebih berbobot, efektif dan efisien. Guru hendaknya lebih mengurangi kesempatan berbahasa yang ia miliki, melainkan kesempatan tersebut hendaknya dialihkan untuk memaksimalkan peran dan kesempatan siswa di dalam kelas. Jadi, pada level ini, peran guru yang harus diambil hendaknya lebih bersifat pada kemampuan mengelola kelas. Dalam arti, guru hendaknya mampu mengatur dan mengarahkan situasi kelas sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengeksplorasi kemampuan berbahasa siswa dan mampu mengeksplorasi jenis-jenis komunikasi yang telah mereka pelajari. Kegiatan pembelajaran yang bisa diambil seperti pada kegiatan kegiatan mereka di tingkat menengah, seperti diskusi dan tanya jawab, adu argumen, menganalisis suatu masalah dan mengungkapkannya dengan benar, bermain peran, dan lain sebagainya. Hal ini lebih cenderung karena pembelajaran bahasa harus berpusat pada siswa, tidak lagi pada guru.

Pembelajaran Berbasis Keterampilan Bahasa
Terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa sebagai output dari proses pembelajaran mereka, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setelah membahas tentang peran-peran guru pada proses pembelajaran bahasa beserta metode-metode yang dapat diterapkan oleh seorang guru, empat keterampilan tersebut seyogianya juga menjadi hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam mengembangkan kemampuan berbahasa peeserta didik.

Peran yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa dapat dilakukan secara intensif untuk memberikan input yang positif dan membangun kepercayaan mereka untuk menjadi pendengar yang baik. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian yang lebih dari seorang guru daripada hanya sekadar menguji keterampilan menyimak mereka dan memberikan penilaian terhadap keterampilan tersebut. Hal ini akan dapat memberikan jalan bagi siswa untuk menilai dan menyeleksi hal-hal yang seharusnya mereka dengarkan atau simak maupun tidak.

Tekait dengan keterampilan berbicara siswa, peran yang paling penting yang hendaknya diambil oleh seorang guru adalah membuat bagaimana siswa dapat berbicara secara efektif dan efisien sesuai dengan topik pembicaraan. Selain itu, yang juga harus kita perhatikan adalah siswalah yang harus lebih dikembangkan kemampuan berbahasa lisannya. Oleh karena itu, mereka harus diberikan kesempatan yang lebih untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara lisan. Di sini seorang guru seyogianya bisa memastikan apakah hal-hal tersebut sudah berhasil terpenuhi.

Harmer (2007) menyebutkan bahwa terdapat beberapa peran yang bisa diambil oleh guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca, yaitu: mengorganisasi kegiatan membaca siswa, melakukan observasi ketika siswa membaca, memberikan feedback, serta mengarahkan siswa untuk menganalisis bacaan yang sedang dibahas. Hal-hal tersebut hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa akan memiliki minat baca yang lebih dan mereka akan menemukan kegiatan membaca sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan.

Keterampilan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran yang dialami siswa. Menulis memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus-menerus. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis. Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari.(red)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More