Sumur atau toilet?
Jarum pendek jam tanganku baru saja melewati angka 12, menunjukkan waktunya untuk istirahat, sholat dan makan, sebelum perkuliahan berikutnya dimulai. Kerumunan mahasiswa masih tampak dibeberapa pintu ruang kuliah. Tampak beberapa mahasiswa masih sibuk bercakap cakap. Mungkin tentang mata kuliah yang baru saja mereka ikuti. Bisa jadi juga masih asyik memperbincangkan soal-soal ujian yang baru saja mereka hadapi, atau bahkan sedang bercerita ria tentang dosen mereka. Tapi tidak untuk si Edu dan si Spot.
Spot : “Hai du, mana sih toilet terdekat?”
Edu : “Ah, pake nanya segala. Kayak gak tau FKIP aja kau.”
Spot : “Susahnya cari toilet, kayak cari presiden aja. Udah bayar mahal kita, masak fasilitas vital ga ada. Padahal ini kan untuk sesuatu yang vital dan akibatnya bisa fatal”
Edu : “Ah kamu lupa ngomong kali waktu bayar SPP.”
Spot : “Ngomong apaan?”
Edu : “Ya ngomong kalo sebagian bayaran SPPnya untuk fasilitas itu. Hahaha…”
Spot : “Nah itu dia. Masalahnya aku belum bayar SPP”
Edu : #*&^%?
Tak lama kemudian, datang si Jaya keluar dari sebuah ruang kuliah dan menghampiri mereka.
Jaya : “Eh Edu, Spot. Tau gak, kampus kita sedang dibuatkan sumur bor baru lho”
Spot : “Sumur baru,? Harusnya toiletnya dulu, bukan sumurnya duluan!”
Edu : “Kebelet sih kebelet, tapi gak sampe segitunya kalee”
Jaya : “Iya Pot, bagaimana mau memperbaiki toiletnya kalau airnya saja gak lancar. Makanya pak
dekan yang baru memprioritaskan buat sumur dulu, baru nanti toiletnya.”
Edu : “Iya bener ya, kalo kita bikin toilet umum yang bagus dan mahal, kalo tidak ditunjang dengan
air bersih yang memadai ya sama aja boong, pasti akan kotor dan bau lagi, iya ga?”
Spot : “Iya juga sih. Ya udah, ngomong–ngomong aku duluan nih, ada yang mau 'dateng'. Hehehe…”
Edu, Jaya: “Hahaha, makanya janjian dulu, jangan suruh datang seenaknya”
Mengajar Murid SD tentang Bahaya Alkohol
Suatu pagi yang indah di sebuah sekolah dasar, seorang Pak Guru yang begitu berdedikasi sedang mengajar murid-muridnya tentang betapa bahayanya minuman keras kepada mereka.
Sebelum memulai mata pelajarannya pada hari itu dia telah mengambil 2 ekor cacing yang hidup, sebagai sampel kehidupan dan dua gelas minuman yang masing-masing berisi dengan air mineral dan Whiskey yang mengandung kadar alkohol tinggi.
“Coba perhatikan anak-anak! Lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan betul-betul. Cacing yang sebelah kanan saya, akan saya masukkan ke dalam air mineral manakala cacing yang sebelah kiri saya akan masukkan ke dalam Whiskey. Perhatikan betul-betul!”
Semua mata tertumpu pada kedua ekor cacing itu. Seperti diperkirakan, cacing yang berada dalam gelas yang berisi air mineral itu berenang-renang di dasar gelas, manakala cacing yang berada di dalam whiskey menggeliat lalu mati.
Pak Guru tersenyum lebar, apabila melihat murid-muridnya memberikan perhatian sepenuh hati pada pelajaran praktek yang dia berikan.
“Baiklah anak-anak, apa yang kamu dapat pelajari dari praktek yang Pak Guru tunjukkan tadi??”
Dengan penuh keyakinan murid-muridnya menjawab, “UNTUK MENGHINDARI CACINGAN…MINUMLAH WHISKEY!”
by Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com.
0 komentar:
Posting Komentar